Sugeng Rawuh Poro Tamu dumugi ing situs ipun mas Puthut Wibowo.....ampun di isin isin njihh,amargi niki taseh ajaran

Untitled

dalam kesempatan ini aku pengen banget nulis tentang perasaanku sendiri.bolehkan sekali kali curhat....hehehehe.ini tentang perasaan yang sudah tiga tahun terakhir ini selalu menghiasi hari hari ku.entah itu ketika aku di "pengasingan" maupun ketika aku di Kampoeng Halaman.aku sendiri pun bingung,sebenarnya ini perasaan apa.apakah ini cinta?apakah ini cemburu?apakah ini keputus asaan???entahlah yang jelas perasaan ini ada pada diriku sekarang.
perasaan kepada seorang cewek yang nama lengkapnya saja aku nggak kenal.aku cuma tahu rumahnya,orang tuanya,bekas sekolahannya,ketemu dia pun juga cuma sekali,ngobrol cuma 90 menit,setelah itu.....

nothing.
semuanya hilang dari hadapanku.tapi tidak hilang dari hatiku.
kadang perasaan itu membuat aku sangat sedih,kadang perasaan itu membuat aku bersemangat menjalani hidup ini,terkadang juga aku merasa aku ini keterlaluan.
disaat aku menjalani hidupku di Kampoeng Halamanku seperti ini,perasaan itu datang semakin kuat.

aku mengenal gadis itu atas rekomendasi kawanku sendiri.setelah aku mengenalnya,aku merasa seperti terbius oleh dirinya.gadis itu dua tahun lebih muda dari aku.namun dia 3 kelas dibawahku.dia gadis desa biasa sama seperti gadis desa lainnya.

kini,aku sudah lost kontak dengan dia kira-kira 3 tahun.aku cuma sesekali mengucapkan selamat idul fitri.
aku tidak pernah menyimpan no h

Read More......

MUDIK LEBARAN 1430 H

nggak terasa satu tahun sudah terlewati sejak lebaran 1429 H.tiba juga saat mudik/pulang kampung yang selalu kutunggu.
kemarin jam 9,tanggal 9,bulan 9,tahun 09 hehehe aneh kan dengan pesawat lion air nomor penerbangan 323, berdua dengan temanku orang purworejo,kami berangkat dengan tujuan bandara Soekarno Hatta di Cengkareng Tangerang.
kami mendarat sekitar pukul 10.05 WIB dengan lancar walaupun diawal penerbangan aku sedikit takut soalnya waktu itu diBanjarmasin cuacanya lagi kabut tebal yang diakibatkan oleh kebakaran hutan entah itu kebakaran yang tidak disengaja karena panas matahari maupun kebakaran yang disengaja karena banyak oknum2 yang ingin membuka lahan baru.turun dari pesawat sambil menyapa pramugarinya yang cantik cantik (ada satu yang aku suka,karena wajahnya jepang banget,orangnya juga baik) .bingung.....mungkin itulah perasaan ku waktu itu,gimana tidak itulah moment pertama aku menginjakkan kaki di ibukota negara indonesia tercinta ini,kesah e wong ndeso masuk kuto hehehe,sampai sampai aku musti nanya mbak yang njaga toilet supaya tahu ini terminal berapa...oooooo sekalinya terminal 1A.sampai diluar bandara aku langsung nelpon bapakku yang pada saat itu

bapakku pas berada di jakarta ngantar buah dari kediri tujuan Pasar Angke.my father pake taksi luar kesitu...jadi kami pun langsung buru buru keluar bandara soalnya nanti kalo kelamaan bisa ditangkap...di situ juga aku berpisah dengan temanku,dia mau nglanjutin perjalanan ke rawamangun ditempat temannya,sama sekalian jalan jalan liat Jakarta...maklum wong ndeso klutuk hahaha.aku dibawa father ke pasar angke nungguin muatannya dibongkar hingga pukul 15.30 WIB,harinya panas banget,aku gak kuat lagi,akhirnya aku beli sebotol kecil air putih buat mbatalin puasa.total udah 2 kali ni gak puasa.
terus kami ngambil muatan yang mau dibawa ke Solo didaerah Duren Sawit,Kranji sama didaerah Kota Bekasi...selesai muat sekitar pukul 22.00 WIB.
langsung tancap gas buat pulang.jalur pantura kami lewati.karena ada 4 orang jadi harus bergantian ada yang tidur di bak truk,biasanya sih kalo gak father ya co pilot nya sampai di Boyolali aku sama father turun karena dah gak tahan lagi dengan panasnya.kami naik bus jurusan Semarang Solo,turun di terminal Kartosuro.lalu berpindah ke bus Srimulyo jurusan Solo Yogya.turun di perempata pasar Delanggu.lalu naik becak tetangga sampai kerumah.
legaaaaaaa rasanya melihat rumah yang penuh kenangan.memang perjalanan tadi capek banget tapi aku bersyukur perjalanannya aman dan lancar walaupun sempat sekali ada moment yang tidak mengasyikkan,duit 50rb melayang karena berurusan dengan polisi kami dituduh melanggar jam masuk kota.selebihnya perjalanan tadi memberikan pelajaran yang sangat berharga bagiku
sekarang aku juga tahu father menghidupi aku hingga besar gini dengan kerja keras dan dengan uang yang halal
Alhamdulillah.
I PROUD OF YOU DAD.........


Read More......

MEMPOSISIKAN TNI DITENGAH KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA



oleh : Kapten Inf Adrizal

Pernahkah terlintas dalam pikiran kita, bagaimana bangsa yang besar seperti Indonesia ini tanpa ada tentara yang menjaga setiap wilayah kedaulatannya?, Lantas kalau tidak ada tentara yang menjaga siapakah gerangan yang diminta tenaganya untuk menjaga wilayah yang begitu luas wilayah tanah airnya?, jawaban terhadap pertanyaan ini tentu harus lahir dari sikap perenungan serta logika berpikir yang cerdas dan betul-betul dihindari cara berpendapat berdasarkan asumsi atau sentimen-sentimen "Kalamak paruik" (bahasa Minang) yang mengandung arti "asal beda atau asal berseberangan".

Kalau memang ada sebuah logika yang kita kembangkan dalam memahami, betapa pentingnya kita punya alat pertahanan yang kuat dalam melindungi kepentingan bangsa. Maka sangat cocoklah kalau kita permisalkan bagaimana cara menjaga tubuh kita tetap sehat dan jauh dari penyakit, darimana tubuh itu bisa menjaga dirinya tetap kuat dan jauh dari segala hal yang membuat ia menjadi tidak berdaya, salah satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah pentingnya tubuh butuh makan dan asupan gizi tinggi agar tubuh punya antibodi terhadap penyakit. Apalah jadinya kalau kita melalaikan kebutuhan penting terhadap tubuh, tentu lebih gampang dimasuki penyakit, kemudian lemah akhirnya tidak punya tenaga. Begitu juga agaknya negara ini, kalau tubuh bangsa ini ingin terjaga dan terlindungi dengan dengan baik, serta tidak gampang terancam dan dimasuki oleh pengaruh yang negatif baik internal maupun eksternal, maka tak boleh tidak bangsa ini harus punya alat yang dapat dipercaya dalam menjaga keselamatan dan keutuhan wilayahnya.


Bagaimanapun sangat mustahil negara yang sebesar Indonesia berbentuk kepulauan dan beragam suku dan bahasa ini tidak ada alat yang bisa diandalkan untuk menjaganya, jangankan kita mengabaikannya, dengan dijaga saja wilayah negara ini oleh TNI dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang dipunyai TNI dalam mengamankan batas wilayah kepentingan nasional, baik batas wilayah darat yang berbatasan dengan beberapa negara tetangga, wilayah laut dengan pulau-pulau terluarnya (seperti Provinsi Kepulauan Riau) maupun wilayah udara hampir dalam segala sisi kita mengalami kerapuhan, disamping wilayahnya yang luas dan terbatasnya personel TNI dalam mengamankan, tentu kemampuan alutsista kita yang masih terbatas, menjadi persoalan serius yang perlu pembenahan agar lebih modern dan menjawab tantangan tugas kedepan.

Dalam mencermati perjalanan sejarah TNI semenjak kelahiran sampai berproses hingga masa reformasi datang melanda bangsa ini, ada sebuah pengambaran yang dapat kemukakan untuk lebih bisa melihat dan memaknai apa dan bagaimana seharusnya seluruh potensi kekuatan bangsa ini termasuk TNI untuk bersinenergis dalam mewujudkan cita-cita bangsa ini sekarang dan kedepan dengan saling berkerja sama bukan menunjukkan rivalitas masing-masing atau saling menyalahkan sehingga bangsa ini tidak pernah beranjak maju, dan keterbukaan kita dalam menerima setiap kritikan dan masukan tentu menjadi jalan untuk mendapatkan sebuah hubungan komunikasi yang sehat antar komponen bangsa, dengan mengedepankan semangat kebersamaan tanpa ada yang merasa lebih hebat atau superior. Artinya seluruh potensi kekuatan bangsa ini perlu mencari dan menempatkan posisi yang pas bagi diri dan lembaganya sehingga dapat dihindari saling tumpang tindih kewenangan dan tanggungjawab.

Reformasi sebenarnya bertujuan memperbaiki kondisi yang tidak bagus dimasa lalu, memperbaiki kekurangan agar menjadi lebih baik tanpa harus menghancurkan bangunan yang telah bagus, artinya sangat penting bagi kita dalam hal ini memaknai reformasi dalam semangat memperbaiki kearah yang lebih baik, sehingga akhir reformasi tidak kebablasan.

Melalui reformasi internal TNI, secara sadar TNI tentu telah melakukan apa yang semestinya ia perbuat dalam mendukung keberhasilan agenda reformasi nasional. Implementasi penting yang telah dan tengah dikembang TNI semenjak tahun 1998 adalah perubahan kebijakan militer untuk tidak berpolitik pratis dengan melakukan beberapa penyesuaian diantaranya upaya menarik diri dari legislatif, penghapusan dewan sosial politik pusat dan daerah termasuk juga pemisahan organisasi kepolisian dari TNI. Dari implementasi reformasi internal yang dilakukan, menurut Yuddy Crisnandy kebijakan pimpinan TNI yang mengharuskan para perwira aktif diluar struktur organisasi militer untuk memilih berhenti/pensiun dari dinas militer bila tetap berada dalam instansi sipil (alih status) atau kembali kesatuan militernya dengan menanggalkan jabatan sipilnya, dapat dinilai sebagai tonggak reformasi militer yang sebenarnya dan menandakan berakhirnya era dwifungsi ABRI dan datangnya era reformasi. (Yuddy Crisnandy, Reformasi TNI Perspektif baru hubungan sipil-militer di Indonesia, LP3ES 2005).

Persis dalam dunia sepakbola, sebuah olahraga tertua dan banyak diminati orang sesungguhnya dalam satu segi kita bisa belajar dalam satu hal bagaimana kita memaknai pentingnya saling memahami dan mengerti posisi masing-masing serta perlunya membangun sebuah kerja sama yang solid dalam semua lini untuk mencapai sebuah kemenangan penting.

Sebagaimana kita ketahui, dalam sepakbola yang terdiri dari 12 orang dalam satu tim dan beberapa pemain cadangan, kepada setiap pemain sudah dibagi dan ditentukan apa yang menjadi posisi dan tugasnya dilapangan, seorang kiper jelas ia akan menjaga gawangnya jangan sampai kebobolan dari serangan musuh, sementara beberapa pemain bertahan harus konsisten untuk tetap diposisinya untuk menjaga setiap kantong pertahanan sendiri dari upaya menyusupnya musuh dari berbagai lini baik dari sayap maupun dari jantung pertahanan sendiri akibat kelalaian atau tidak terkawalnya gerak gerik musuh sehingga dengan mudahnya masuk wilayah yang diharamkan.

Sementara itu pemain lini depan yang terdiri dari pemain tengah dan beberapa penyerang mempunyai peran khusus bagaimana sang pemain ini punya naluri menyerang yang baik dengan berbagai akselerasi dan improvisasinya dapat membuat gol kegawang musuh. Pemain depan tentu tidak akan bisa berbuat banyak kalau ia yang berada didepan tidak mendapat bantuan dan suplay bola dari garis belakang, semakin banyak suplay bola dan umpan yang taktis dan akurat tentu semakin terbuka banyak peluang bagi penyerang untuk bisa menciptakan gol.

Kalau selama ini (dalam konteks sebelum reformasi), masing-masing posisi dalam line-up cendrung tidak berjalan, katakanlan barisan pertahanan (Militer dengan TNI dengan tugas pertahanannya) terlalu mendominasi lapangan, sementara yang lain kurang mendapat keleluasaan dalam bergerak atau terlalu diabaikan perannya yang boleh jadi tidak yakin dengan kemampuan lini depan atau sebab lain, yang menurut pendapat Samuel P Huntington bahwa masuknya militer dalam kehidupan non militer disebabkan belum adanya pemimpin sipil yang mempunyai kapasitas untuk menjadi pembangun, selain itu kekuatan sosialnya masih terlihat lemah dan dalam kondisi demikian adalah wajar jika militer masuk kedalam wilayah politik, Sehingga terjadi pola hubungan yang kurang ideal dalam sebuah kerjasama tim akibat setiap lini belum mampu menunjukkan kemampuan dan performa yang baik, sehingga menyebabkan terjadi beberapa benturan dan salah pengertian, akibat pemain bertahan terlalu maju dan meninggalkan posisi sentralnya, dan disinilah menjadi sebab konsentrasi menjadi terpecah (antara tetap kukuh dengan urusan pertahanan atau mencoba untuk maju kedepan dengan resiko sektor pertahanan menjadi tidak terperhatikan) sehingga barisan pertahanan yang seharusnya tertata kuat menjadi kurang kokoh.

Dalam persoalan ini, Sejalan dengan perkembangan situasi memasuki masa transisi menuju demokratis membuka ruang kesadaran baru, bahwa sesungguhnya bangsa ini perlu menata ulang dan melakukan pembagian kekuasaannya (sharing of power) dan pembagian tanggung jawab (sharing of responsibility) antara lembaga-lembaga negara dengan maksud supaya ada keseimbangan kekuasaan (Chek and balanced) antara lembaga-lembaga negara ini, dalam konteks ini tentu perlu melihat bagaimana bentuk penataan kembali dan penciptaan keseimbangan antara hubungan dan tanggung jawab otoritas sipil dan militer khususnya dalam mengelola sistim pertahanan negara.

Untuk itulah dalam perjalanan dan perkembangan, TNI sebagai institusi yang selalu dinamis dan responsif terhadap perubahan, sejak kelahirannya hingga kini senantiasa melakukan perubahan dan penyempurnaan, seiring dengan guliran reformasi nasional, TNI melakukan reformasi internal melalui perumusan paradigma baru TNI yang telah mendapat legitimasi konstitusional dalam ketetapan MPR Nomor VI dan VII tahun 2000, dengan esensi penting bahwa TNI bertekad untuk meninggalkan politik praktis dan berkonsentrasi pada tugas pokok sebagai alat pertahanan negara, kemudian dengan keluarnya UU Nomor 34 tahun 2004 Tentang TNI, tentunya dapat dipandang sebagai kelanjutan reformasi TNI dalam aspek kepastian hukum dalam arti reformasi legal dan institusional sebagai payung hukum yang sah dalam melihat posisi, peran dan tugas tanggung jawab TNI dalam kehidupan bangsa.

Langkah itu ditetapkan dalam bentuk "Reaktualisasi, redevenisi dan reposisi peran TNI dalam kehidupan bangsa" pertama, mengubah posisi dan metode tidak selalu didepan dan mendominasi, kedua, mengubah konsep menduduki menjadi mempengaruhi, ketiga, mengubah mempengaruhi secara langsung menjadi tidak langsung dan keempat, kesediaan melakukan role sharing (kebersamaan dalam mengambil keputusan) dengan komponen bangsa lain. Sejak perubahan paradigma tersebut TNI bertekad untuk membangun dan mengembangkan prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM dan hukum nasional dan internasional yang diratifikasi (pasal 2 UU TNI).

Kembali kepada contoh sepakbola, kalau posisi sudah diatur sedemikian rupa oleh pelatih (bisa ditafsirkan aturan dan ketentuan hukum) terhadap siapa dan harus berbuat apa dalam posisi dan perannya dilapangan (dalam konteks berbangsa dan bernegara), semua lini dan sektor harus bisa berkembang, maka era perubahan ini harus ditangkap sebagai momentum untuk saling bekerja sama dan pemberdayaan peran dan posisi masing-masing. Mengutip pendapat Eliot A Cohen dalam Supreme Command Intervensi dalam kehidupan politik dapat dicegah melalui semangat profesionalisme, begitu juga intervensi sipil kedalam teknis militer dapat dihindari melewati pemahaman terhadap tugas militer, dimana dalam melakukan peran dan tugasnya baik dalam kondisi damai maupun damai didasarkan pada fungsi dan tugasnya masing-masing.

Posisi TNI.

Persoalannya sudahkah TNI dalam satu sisi dan pada lain sisi negara sudah sudah saling memahami posisi tugas dan peran masing-masing?. Pada dasarnya kalau TNI diibaratkan sebagai alat senjata, maka sangat penting dalam hal ini senjata itu dipakai pada tempat yang tepat dan benar, jangan sampai dipakai sebagai alat yang salah, sebagai alat negara maka hendaknya TNI merupakan bagian strategis dari kekuatan negara, bukan sebagai alat kekuasaan.

Sumbangan dan partisipasi seluruh komponen bangsa dalam mencapai tujuan bangsa ini tetap sangat dibutuhkan, termasuk dalam hal ini TNI dalam tugas pokoknya menjaga dan mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI dari berbagai gangguan dan ancaman baik internal maupun eksternal. Tidak boleh komponen bangsa lain ada yang tertinggal dan menikmati zaman yang telah berubah ini (masa reformasi), termasuk TNI sendiri mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihargai, dihormati dan diperhatikan kepentingannya.

Tidak ada satu negarapun yang tidak membutuhkan militer sebagai penopang negaranya sekaligus bisa mengangkat kewibawaan diplomatik dan gengsi politik internasional, kekuatan militer menjadi salah satu barometer kekuatan suatu negara, jika militernya kuat tentu posisi bargainingnya akan semakin kuat dengan negara lain. Dan militerpun sadar kekuatan militer saja tidak cukup untuk bisa survive dan berkembang, ia juga butuh kekuatan ekonomi dan politik sebagai penopangnya. Dan disinilah kita semakin mengerti arti untuk berbagi dan bekerjasama sesuai peran, posisi dan fungsi masing-masing dalam mengolkan tujuan bangsa. Ini tentu persis dalam konteks sepakbola, dengan cara bagaimana memadukan bakat pemain yang punya kemampuan dan skill yang hebat serta mengerti posisi peran dan tugasnya, tentu juga harus diimbangi dengan hadirnya pelatih yang hebat serta dukungan manajemen organisasi yang kuat dan solid. Kalau ini terjadi semakin tidak sulitlah kita dalam memikul beban, dan semua akan menjadi tontonan yang indah bagi bangsa ini dalam memahami sebuah perbedaan dan pentingnya untuk berkerja sama dan bersatu tanpa ada yang merasa dibedakan satu dengan yang lain.

Kita bersyukur perhelatan demokrasi terbesar pemilu legislatif dan pemilihan capres-cawapres 2009 akhirnya dapat terselenggara dengan baik, terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang ada, proses pelaksanaannya dengan kedewasaan seluruh pihak tentu ada secercah harapan bagi bangsa ini untuk mendambakan cara berdemokrasi tanpa ada cela dan noda. akhirnya tentu rakyat yang akan merasa menikmati dan terayomi. Sekali lagi perlu disampaikan bahwa paradigma baru peran TNI ini, tentu perlu dilihat sebagai sumbangsih dan kontribusi TNI untuk memajukan bangsa ini, bersama-sama komponen bangsa yang lain. (Kapten Inf Adrizal, S.H.)

alam mengamankan, tentu kemampuan alutsista kita yang masih terbatas, menjadi persoalan serius yang perlu pembenahan agar lebih modern dan menjawab tantangan tugas kedepan.

sumber artikel:http://www.tniad.mil.id/1index.php

Read More......